Baiklah,
di penyesalan terakhir ini yang sekaligus menutupi kedua part sebelumny, ada 1
hal yang bener-bener gue sesalin, yaitu akar dari kedua penyesalan sebelumnya,
yaitu adalah terlalu banyak mengeluh, terlalu ingin menjadi apa yang orang lain
inginkan, terlalu banyak "hide" dari reality. Yap, ternyata setelah
gue telusuri, gue sering ngeluh, yang berujung pada, gue seringkali dengki dan
cemburu dengan orang lain yang nasib sosialisasinya jauh lebih baik dari gue.
Sempat ya, perasaan ingin "suicide" muncul sekitar beberapa hari
setelah tes OSP, dimana gue merasa gue bener-bener upset akan diri gue.
Ekspetasi ketika hari pertama masuk sekolah setelah serangkaian OSN adalah
begitu bagus, misalny adalah rasa kangen bertemu teman-teman dan
sahabat-sahabat yang bisa terlampiaskan. Namun kenyataannya apa? Justru menjadi
hari yang begitu mengecewakan, bukan salah mereka, tetapi SALAH GUE SENDIRI.
Ntah knp mungkin gue kesambet setan, timbul lah rasa dengki dan cemburu kembali
dengan mereka yang benar-benar supel, mereka yang benar-benar dibutuhkan, dan
mereka yang benar-benar bisa akrab dengan orang-orang disekitarnya.
Apalagi,
ada 1 hal yang bener-bener membuat gue dengki banget, yaitu soal keakraban.
Momen yang harus membuat gue tabah banget adalah.. ketika gue bersama kedua
temen gue sedang berjalan bersama-sama, seperti jalan ke kantin, jalan pulang,
dan lain-lain. Timbullah rasa cemburu yang begitu besar sama 2 tmn gw yg
nyatanya ngobroll trus, tapi gue gabisa nyambung sama percakapan mereka, apa yg
ada dipikiran gue? Gue cemburu karena pikiran gw bener-bener dangkal bgt,
maksudnya ya, gue gabisa nyambung gtu sama obrolan-obrolan mereka. Akibatnya, mereka
asik berbincang, gue memilih berjalan di depan mereka atau di belakang mereka.
Padahal idealny adalah gue jalan di samping mereka, seolah-olah jalan ber3 gtu.
Sempat gue curhat ke sahabat gue, ternyata 1 kunci buat semuanya itu adalah
"cuek".
Jadiii,
gue blm lama ini baru sadar kalau, cuek juga sebenernya dibutuhkan, gak
selamanya gue harus peduli gtu. Cuek konotasiny negatif sih, tpi cuek yg
dimaksud adalah "gausah mikirin hal-hal yang gapenting kyk dengki sama
org". Telat bgt gue sadarnya astaga. Yg memotivasi gue itu adalah sahabat
gw yg bisa menerapkan cuek seperti itu dan mereka yang nasibnya lebih parah
dari gue gtu. Sekian kalau penyesalan mengenai cemburu ttg sosialisasi. Selain cuek, yang gue harus lakukan adalah mau menerima mereka semua dengan apa adanya, dan menerima diri gw sendiri meskipun memang sulit untuk "tersambung" dengan percakapan mereka tapi, setidaknya tetap bergabung dalam perbincangan tersebut, meskipun hanya sekedar menjadi pendengar, tapi yang penting bisa menutupi perasaan-perasaan negatif tersebut.
Hal
yang kedua yg gue sesalin adalah negative thinking. Gue adalah pemikir negatif.
Karena negative thinking ada koneksi dengan yang namanya cemburu juga, jadi
kebanyakan hal negatif yang gue pikirkan adalah gue merasa gak diterima
dimanapun alias gak dibutuhkan siapapun. Termasuk dengan sahabat-sahabat dan
geng gue sendiri. Seringkali gue
menghabiskan waktu menyendiri untuk bergumul dengan pikiran gue sendiri. Gue
berperang dengan pikiran jahat yang ada di arena pikiran gue itu sendiri.
Karena sulit terselesaikan, lama" yang ada gw kebanyakan menyendiri karena
terlalu fokus dengan "perang" itu. Padahal, seharusnya gue cuek
dengan hal semacam itu, bertindak apa adanya.
I
know, it's a mistake. Ga seharusnya gue terlalu lama bergumul dengan pikiran
gue sendiri, akibatnya? Gue menjadi orang yang sering berdiem diri lama-lama,
alhasil, gue kurang bersosialisasi juga, segala skill buat socializing gue
semuanya menurun. Ditambah lagi, gue mulai timbul perasaan "suicide"
seperti yang udh gue mention sebelumnya. Pemikiran "suicide" karena
merasa ga dibutuhkan dan terlalu overthink sehingga lelah dan mau berhenti
hidup rasanya. Lebih parahnya lagi adalah, gue merasa bahwa diri gue ini gaada unik-uniknya sama sekali. Gue gapunya skill dibidang apapun rasanya
Gue
begitu bodoh memikirkan semuanya itu. Pada awalnya, gue memendam semua hal ini,
sampai akhirnya ketika beberapa hari sebelum UAS, gue melampiaskan semua keluh
kesah ini ke sahabat-sahabat wu. Gue ga sangka, mereka lah yang bisa membuka
mata hati gue kembali. Mereka mengingatkan gue betapa harusnya gue bersyukur atas hidup yang gue miliki ini, mulai dari keunikan gue sampai skill yang gue ga sadari. Ada satu pernyataan yang sekaligus menjadi prinsip hidup
dari salah satu sahabat gue.
"Hargailah
hidup, karena banyak orang yang menyayangi kita. Kita harus bisa hidup untuk
menyayangi balik orang yang sayang sama kita."
Mungkin
terkesan, lebih kearah saling menyanyangi, namun gue menemukan makna yang
begitu banyak dibalik prinsip hidup tersebut. Mulai gue merasa hidup gue lebih
bermakna, secara tidak langsung, perasaan cemburu pun mulai berkurang dan lebih
mementingkan "menyayangi balik orang" itu tersebut. Gue merasa hidup
gue mulai lebih bermakna sejak saat itu. Perasaan cemburu pun mulai bisa
terkontrol kita terpicu, karena "dijinakkan" oleh prinsip hidup
tersebut yang selalu nyantel di dalam
pikiran gue. Terimakasihhh banyakk :D. Ketika ada sesuatu yang memancing,
langsung gue jinakkan dengan prinsip hidup tersebut, hilang seketika wkwwk.
Intinya, gue nyesel buat semua kecemburuan yang menjadi akar dari kedua
penyesalan sebelumnya, dan gue sadar seharusnya gue memikirkan hal yang jauh
lebih bermakna, yaitu mengenai "menyayangi" itu. Karena konotasinya
terlalu gimana gtu (lol), gue ubah menjadi "mengasihi". Mengasihi
merupakan kunci untuk menutupi semua kemungkinan jahat seperti cemburu yang seringkali
muncul di sekitar kita. Yang paling pasti ialah, semuanya kembali dilandasi dengan rasa syukur yang besar atas hidup yang kita miliki.
Sekiann
dari tulisan ini, selesai sudah penyesalan trilogy ini, semuanya sudah diakhiri
dengan prinsip hidup sebagai penawar sekaligus penutup semua penyesalan ini.
Penyesalan pun menjadi pelajaran hidup untuk gue kedepannya. Buat readers yang
membaca ini, posisikan kalau "gue" itu adalah kalian sendiri.
Terimakasihh telah menyediakan waktu untuk membaca postingan ini.. Semoga bisa menjadi
inspirasi bagi yang lain dan semoga Tuhan memberkatii kita semua. God bless
you..
Semoga hans yang hampir 19 tahun bisa lebih bijak ya:)
ReplyDelete