Thursday, January 21, 2021

Special: Semester 5 With Online Sensation

Pengalaman Pertama menjadi Ketua Divisi suatu Acara, Full Online

Hallo para blogger! Setelah beberapa bulan vakum dari dunia perblogan akibat perkuliahan semester 5, akhirnya aku kembali lagi nih buat cerita-cerita terkait masa-masa perkuliahanku di semester 5 itu seperti apa sih. Ohiya, pada judul ceritaku kali ini, aku bakal lebih banyak bercerita tentang pengalaman-pengalaman dan experienceku secara umum dalam menghadapi semester 5 dan tentunya dengan bumbu-bumbu yang baru, yaitu online sensation.

Sebelum masuk semester 5, aku udah sering banget tuh denger kata orang-orang bahwa semester 5 dan 6 atau bisa dibilang tingkat 3 perkuliahan merupakan masa-masa beratnya di perkuliahan. Tingkat kesulitan mata kuliah relatif sangat tinggi di tingkat 3 sehingga banyak cerita dari orang-orang untuk tetap survive di semester 5 perkuliahan. Bahkan tidak jarang juga melihat banyaknya kakak-kakak tingkat waktu itu yang kelihatannya sangat lelah dan sibuk dibandingkan dengan anak-anak dari tingkat 2. Mulai dari acara dan organisasi sedikit demi sedikit tertinggal demi mengejar dan menyelesaikan studi akademik di tingkat 3 tersebut. Nah itu sudut pandangku sebelum masuk ke semester 5. Nah, sekarang aku udah masuk dan melewati semester 5 ini nih.

Online Learning

Nah, tahun 2020 ini sungguh terasa berbeda apabila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Angkatanku, angkatan 2018, merupakan angkatan yang merasakan perkuliahan di tingkat 3 namun dalam keadaan full online semester, serasa seperti sedang mengikuti course-course online yang banyak ditemukan di iklan atau google, namun bedanya course yang diikuti ini adalah course yang memang benar-benar perkuliahan namun diadakan secara online. Aku teringat masa-masa ketika TPB (mahasiswa tingkat 1) dimana pada mata kuliah Dasar Pemrograman, terdapat 3 kali percobaan untuk mengadakan kuliah secara online, yaitu mahasiswa diminta untuk belajar secara mandiri kemudian mengerjakan soal-soal perkuliahan sebagai bentuk pemahaman mahasiswa terhadap materi kuliah yang diajarkan secara online tersebut. Tapi, kenyataannya, kita gak online-online banget waktu itu. Kita seangkatan malah berkumpul di Perpustakaan ITB yang isinya adalah 200 mahasiswa dari STEI ITB 2018. Jadi ya ujung-ujungnya lebih mirip kayak kuliah mandiri dan sambil berdiskusi dengan seangkatan dan kelompok-kelompok belajar gitu.

Nah, siapa sangka ternyata 3 kali percobaan kuliah online memang seolah-olah seperti memprediksi akan adanya saat dimana kuliah diadakan secara full online, yang mana terjadi 1 tahun kemudian. Waktu itu aku mengambil Dasar Pemrograman di awal semester 2 di tahun 2019 awal. Nah ternyata, 1 tahun kemudian, beneran jadi online sejak Maret 2020. Aku ingat betul gimana online-online pada masa-masa awal Maret 2020, dimana dari para dosen butuh penyesuaian pola pengajaran dan belajar dari offline ke online, begitupula mahasiswanya. Aku sendiri mendengar bahwa sepanjang liburan semester genap, dosen-dosen diberikan pengajaran dan mulai berlatih diri untuk membuat video-video perkuliahan yang bisa diakses dan ditonton kapanpun dan dimanapun. Adanya sistem online ini membuat metode perkuliahan tatap muka yang awalnya 2 jam full menjadi ada saat-saat dimana perkuliahan dilakukan secara asinkron, yaitu hanya menonton video-video yang sudah disiapkan oleh tim dosen dan mahasiswa tinggal mempelajari secara mandiri layaknya sedang menonton video YouTube.

Kehidupan Semester 5

Baiklah, cukup pembahasan latar belakang onlinenya. Nah sekarang kalau cerita semester 5 ku sendiri bagaimana? Jujur, aku sendiri lumayan sepakat dengan perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa semester 5 atau tingkat 3 ini adalah masa-masa sulitnya di perkuliahan. Mata kuliahnya jauh lebih sulit ketimbang ketika masih di tingkat 1 dan tingkat 2. Selain itu, ilmu-ilmunya juga lebih dalam dan advanced dibandingkan ketika masih berada di tingkat 3. Dan tentunya juga ilmu-ilmu dasar seperti Manajemen pun juga diajarkan di Teknik Informatika ITB. Kebetulan juga, kalau di Teknik Informatika tingkat 3, seluruh perkuliahan prodi Teknik Informatika dilaksanakan di pagi hari, yaitu dimulai pada pukul 07.00 WIB dan berakhir sebelum pukul 12.00 WIB. Kenapa tidak ada yang di atas pukul 12.00 WIB? Ya karena itu jatahnya perkuliahan mahasiswa tingkat 2 (semester 3 dan 4) ehehehe.

Mungkin kalau dibuatkan schedule perkuliahan semester 5 ku, akan tampak seperti ini.
Senin 07.00 - 11.00 WIB, 11.00 - 13.00 WIB
Selasa 07.00 - 10.00 WIB
Rabu 07.00 - 09.00 WIB, 10.00 - 14.00 WIB
Kamis 07.00 - 11.00 WIB
Jumat 07.00 - 10.00 WIB

Sekilas, terlihat menarik, sering pulang cepet ya kalau kuliah, terdapat dua hari dimana jam 10 saja sudah selesai perkuliahan dalam satu hari. Bahkan saat aku SMA dulu (dalam keadaan offline), sekolah dimulai pukul 07.00 dan selesai pada pukul 15.00 WIB untuk setiap harinya. Sungguh jadwal yang berbeda. Nah, tapi ada 1 hal yang terlupakan sebenarnya, yaitu sistem SKS yang dilaksanakan di perkuliahan. Kalau hanya melihat jadwal tatap muka, totalnya sebetulnya adalah 22 jam per minggu. Nah tapi kan 1 SKS terdiri atas:

  • 1 jam perkuliahan tatap muka
  • 1 jam kegiatan terbimbing (praktikum atau tugas besar)
  • 1 jam kegiatan mandiri (studi mandiri)
Nah, jadi idealnya adalah 22 x 3 jam = 66 jam per minggu atau apabila diekuivalensikan dalam 6 hari (Senin-Sabtu), maka 1 harinya kita belajar selama 11 jam! Kalau startnya jam 07.00 WIB, maka seharusnya selesai pada pukul 18.00 WIB (maghrib sore hari)! Sayangnya aku sendiri juga suka lupa definisi SKS ini sendiri. Pengalokasian waktu-waktu SKS ini pun bergantung dengan penyusunan dan schedule perkuliahan dan rilis tugas yang diberikan, jadinya di Informatika sendiri, kalau sudah memasuki minggu ke-9 s.d. minggu ke-15, waktu tidur rata-rata menjadi 6 jam per harinya. Super-super sibuk! Tugas dimana-mana dan tidak mudah untuk dikerjakan.

Meskipun dari sisi materi perkuliahan lebih sulit, akan tetapi aku sendiri juga menemukan titik terang dan positif dari perkuliahan di semester 5 kemarin, yaitu materi-materi perkuliahan yang sudah menjurus dan memang lumayan practical, artinya banyak kepakai apabila sudah kerja nanti (sepertinya). Misalnya adalah Pengembangan Aplikasi Berbasis Web, Manajemen Basis Data, dan Sistem Informasi yang menurutku memang lagi trendnya di Industri. Kalau manajemen basis data, mungkin tidak begitu terlihat, akan tetapi konsep-konsepnya sangat memperluas pikiranku terkait pengetahuan akan komputer dan database itu sendiri. Even in the darkest place, there is light. Meskipun ditempa dengan sulitnya perkuliahan, namun aku tetap menyukai semester 5 ini karena ilmu-ilmunya yang memang aku suka dan bermanfaat rasanya untuk ke depannya. 

How about Combination between Semester 5 and Online Sensation?

Kalau bicara gabungannya gimana tuh ya? Semester 5 with Online Sensation? Jujur aja, menjalani 1 semester online ini awalnya tidak mudah. Bahkan pada satu waktu sendiri (sekitar September 2020), aku pernah mengalami demotivasi pada satu titik tertentu akibat terlalu lelah dalam menghandle berbagai hal dalam satu waktu sehingga otak dan pikiran menjadi meledak karena terlalu banyak yang harus dikerjakan. Namun, disitu, muncullah seorang teman, namanya Adit. Dia membukakan kembali mindset dan pikiranku bahwa tidak semua hal harus dikerjakan secara sendiri. Aku menjabat jadi kadiv, wakadiv di tempat tertentu, asisten perkuliahan, 22 SKS, akan tetapi aku kewalahan karena tidak bisa menghandle semuanya sendirian, akhirnya disadarkan lah bahwa ada orang-orang lain yang sebetulnya bisa membantuku, karena itulah alasan kenapa ada yang namanya Divisi dan anggota-anggotanya. 

Sebetulnya, dari awal pandemi ini mulai, aku juga berpikir bahwa online ini membuat apa-apa harus dikerjakan sendiri. Kenapa bisa terpikir seperti itu? Ya, namanya online, sehari-harinya hanya di depan laptop, pagi laptop, siang laptop, dan malam pun laptop. Kalau online, opsi untuk pertemuan / meeting online udah gak cuman pagi dan siang, melainkan malam pun sering jadi opsi yang terpilih untuk pertemuan online. Jadinya, exhausted banget, latar belakang dari demotivasi itu sendiri karena 14 days streak with enough sleep but no fun or games or anything. Hari Minggu yang seharusnya adalah harinya untuk istirahat, aku gaspol buat ngerjain tugas agar jam tidurku tetap cukup. Dan memang benar, jam tidurku saat 14 days streak itu cukup, akan tetapi aku sampai pada titik jenuh.

Sampai akhirnya aku mencapai suatu kesetimbangan / balance, yaitu bahwa kebutuhan untuk refreshing juga perlu aku penuhi, seperti mengerjakan hal-hal lain di luar kegiatan perkuliahan, mengobrol dengan keluarga, bermain games, dan hiburan lainnya. Akan tetapi, selalu ada cost yang harus dibayar. Waktu tidurku pun menjadi berkurang dari rata-rata 8 jam menjadi 6 jam per harinya. Meskipun demikian, tapi aku tetap merasa senang dan bersyukur serta lebih menikmati hidup yang seperti itu ketimbang tidur cukup tapi malah tidak punya waktu refreshing sama sekali yang justru membuatku menjadi stress dan depresi akibat terlalu jenuh dan lelah.

Pasca minggu UTS (setelah 17 Oktober 2020), hidupku menjadi lebih balance. Meskipun seperti yang sudah kukatakan, bahwa minggu ke-9 s.d. minggu ke-15 merupakan minggu terberat di semester 5 ini, namun aku tetap menemukan titik terang dan kepuasan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang super banyak dan materi kuliah yang super sulit. At the end, I'm still alive and satisfied with all works that I''ve done.

Paling begitu saja cerita spesialku terkait Semester 5 with Online Sensation. Memang berat dijalankan pada awal-awal, namun buat anak-anak mahasiswa pasti sering banget mendengarkan quote seperti ini.

"Jalanin dulu aja, ntar lama-lama juga kelar kok". - Anonymous

Ini tuh bener-bener emang gaada matinya. Kalau emang dijalanin terus, pasti lama-lama kelar gitu. Tapi paling aku pengen menambahkan satu kalimat dari quote tersebut.

"Jalanin dulu aja, ntar lama-lama juga kelar kok. Kalau kamu menyukai apapun yang kamukerjakan, maka hasilnya juga akan seperti yang kamu sukai." - Michael Hans

Kamis, 21 Januari 2021



Michael Hans
Mahasiswa Semester 6
Teknik Informatika
Institut Teknologi Bandung